Klenteng Sam Poo Kong, Nuansa Negeri China di Kota Semarang

Karena masih bernuansa tahun baru di awal tahun 2010, mo iseng nyoba ‘ciamsi’ atau melihat peruntungan di klenteng Sam Poo Kong, yang kebetulan ga jauh dari kost. Niatan ini sebenarnya untuk melengkapi penasaran ku waktu pertama kali berkunjung ke klenteng Agung Sam Poo Kong, secara waktu itu dianter ma teman dan kita ga boleh masuk kedalam klenteng karena Cuma bertujuan wisata, jadilah kali ini ‘wisata’nya dilengkapi dengan atribut ‘membaca peruntungan’ di Klenteng Sam Po Kong.
Klenteng Sam Poo Kong merupakan Klenteng Agung penganut Budha Konghuchu, yang terletak di Gedong Batu, Simongan, Semarang. Konon tempat ini pernah di jadikan tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho (seorang laksamana besar muslim dari China kelahiran Persia) saat singgah di Jawa, tepatnya di pantai Semarang pada abad ke-14.
Pada awalnya di tempat ini hanyalah berupa GOA yang didalamnya terdapat sebuah altar yang digunakan bersama oleh Cheng Ho yang muslim sebagai tempat beribadah (Shalat) dan pengikutnya yang beragama lain, yang mayoritas berasal dari China.
Pada saat Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, GOA tersebut tertimbun tanah longsor pada 1704 dan sebagai penghormatan terhadap Cheng Ho, masyarakat setempat menggali kembali serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Cheng Ho beserta pengawalnya. Di GOA ini biasa digunakan sebagai tempat meramal nasib yaitu dengan menggunakan tongkat-tongkat kecil yang bertuliskan angka 1 – entah berapa, mungkin 20, yang dilemparkan ke lantai.
Karena niat mo ke klenteng, jadi biar komplit kostum pun di sesuaikan, pake baju merah…jreng jeng…dan dengan berangkot ria dari kost yang Cuma 10 menit saja, turun di simpang kali garang dan lanjut jalan kaki (ga da angkutan umum yang melewati jalan menuju klenteng Sam Poo Kong) sekitar 10 menit. Tiba di gerbang klenteng, ternyata rame banget pengunjungnya, dan di gerbangnya ada loket pengunjung, dengan membayar Rp. 3.000,- kita di kasi tiket dengan gambar klenteng Utama dan patung Laksamana Cheng Ho (waktu pertama kali ke mari sepertinya ga ada bayar tiket, dalam 2 bulan ternyata ada perubahan administrasi). Di area klenteng ini ada beberapa bangunan yang harus di perhatikan karena cantik banget kalo menurut gw, begitu masuk ada gerbang Utara yang bertuliskan Sam Poo Kong dalam tulisan latin bila di baca dari arah luar dan dalam tulisan China bila di baca dari arah dalam. Selanjutnya kita akan menemukan semacam prasasti dengan tulisan yang sama, di area ini juga terdapat pohon besar yang digantungi Lampion-lampion besar berwarna merah bersusun bertingkat, aura Negeri China dah terasa banget di sini. Dibawah pohon besar ini ada sebuah Aula kecil yang di dalamnya ada beberapa info mengenai kegiatan2 yang akan berlangsung di Klenteng Sam Poo Kong, kalo ga salah hari rabu ini ada peringatan Ulang Tahun Cheng Ho, sepertinya akan ramai. Di aula ini juga terdapat toko yang menjual Hio, lilin besar, minuman dingin serta souvernir (tapi kog bukan yang berhubungan dengan tempat wisata ini yaaa…ada gantungan kunci Singapore, tea pot porselin dari China dll) disini ku beli HIO Rp. 10.000 sebagai ‘kunci’ untuk memasuki klenteng-klenteng di dalam yang dipisahkan dengan rantai dari Plasa utama. Sebelum masuk ke klenteng, ada baiknya eksplorasi dari sisi plasa utama. Diawali dengan sebuah pendopo mungil, yang ternyata tempat penyewaan baju bertemakan prajurit china (jadi inget film2 kung fu jaman dulu ‘The return of condor heroes’ ) yang kostum pendekarnya dari baju yang berlapis-lapis lengkap dengan pedang dan asesories rambut atau kalo mo jadi kaisar dan ratu juga ada, trus berfoto-foto di dalam klenteng….waah ga perlu jauh2 ke Hongkong atau Shanghai kalo mo punya poto bergaya begitu yaaa…hehehehee. Ongkos sewa baju + beberapa kali pengambilan gambar oleh pihak penyewa Rp. 75.000, jadi kalo berminat, asik juga buat iseng-iseng dan narsis-narsisan….hehehee. Masih di plasa utama, kita bisa mengambil gambar ketiga klenteng utama ini dengan sisi2 menarik, bagus banget, beneran berasa berada di negeri China, dengan dominasi warna merah. Di Plasa ini juga terdapat beberapa patung Pendekar/Pasukan China, dengan muka sangar dan baju yang gagah. Tiap pendekar memiliki perawakan dan kostum yang berbeda. Di sisi selatan terlihat Gerbang raksasa khas tembok China, kalo berpoto di sini, berasa berada di Lapangan besarTianan Men – Beijing…hahahhaha Selesai ekspolarasi dari sisi plasa, sekarang adalah saatnya untuk masuk ke dalam Klenteng. Saat ini Klenteng tidak dibuka untuk umum, ada pos satpan penjaga yang akan menanyakan keperluan orang-orang yang akan masuk ke dalam klenteng (khususnya kita yang tidak bermata sipit, kulit putih dan yang berbaju muslim). Bukannya dilarang masuk, tapi karena pernah ada pencurian di dalam klenteng, maka diperketat hanya khusus untuk yang beribadah atau yang akan membaca ‘peruntungan saja, dan untuk keperluan terakhir ini semua orang boleh masuk (yang berpakaian muslim pun boleh masuk tanpa kecuali). Di halaman Klenteng terlihat banyak wisatawan yang karena ga tau ‘trick masuk ke dalam klenteng mereka Cuma poto2 dari plasa saja, tapi karena memang niat mo menikmati Klenteng megah ini dengan lebih detail, maka ku kudu rela mengeluarkan uang Rp. 10.000 buat beli Hio dan melenggang masuk ke dalam klenteng diiringi senyum manis si pak satpam tanpa di tanya2 lagi – Hionya ku pegang dengan pasti-(padahal waktu pertama kali kesini, ku nanya2 aja di jawab ketus, karena kita Cuma berwisata ga modal….mang kudu modal lebih kalo mo liat lebih yaaa, camkan itu). Padahal kalo dengan modal beli Hio Rp. 10.000 itu, bisa untuk beberapa orang sekaligus, dan ga kudu melakukan ritual apa2, semacam ‘tiket terusan gitu d’…heehhehe. Gembira karena bisa masu
k ke dalam area Klenteng, maka aku pun langsung eksplorasi dengan kamera andalan gw dan jeprat jepret sana sini, dan memang beda menikmati Klenteng dari balik pagar dengan langsung berada di dalamnya, bisa dapat setiap detail dari ornamen2 klenteng yang luar biasa cantik, konon katanya ada beberapa ukiran/patung Naga yang didatangkan khusus dari China. Interior di dalam Klenteng pun cantik banget, Klenteng yang didominasi warna merah ini dipenuhi ornamen lukisan dengan warna meriah dan didominasi ukiran naga. Pilar2 Utama Klenteng yang mengelilingi tiap Klenteng di ukir dengan ornament naga, lengkap dengan sisik naganya yang timbul di dinding pilar. Juga lampion-lampion besar yang menggelantung di sekeliling Klenteng, lengkap tertulis pemilik dari Lampion tersebut. Begitu masuk area Klenteng ada 4 klenteng yang terlihat dari luar, yaitu Klenteng Dewi Laut (sayang kondisinya masih belum terenovasi, sempat gw kira gudang secara berantakan),Dewa Bumi (disini tempat untuk permintaan dimudahkan usahanya) dengan sepasang pengawal sang dewa berada di muka klenteng, Kyai Juru Mudi yang didalamnya terdapat sepasang Butho (raksasa versi jawa dengan gadanya) yang menjaga altar dan Klenteng Utama Sam Po Kong yang merupakan klenteng terbesar. Selain 4 klenteng yang terlihat dari plasa, masih ada lagi 3 klenteng lagi yang terletak di samping bawah klenteng utama, yaitu Klenteng Kyai Jangkar, Kyai Tumpeng, dan Kyai Tjandruk Bumi. Lokasi ketiga ini terlihat terisolasi, sehingga terlihat tak ada pengunjung disana. Untuk masuk ke area ini harus melipir dari Klenteng utama. disini terlihat lebih rindang karena ada beberapa pohon (bila dibandingkan dengan plasa yang gersang tak berpohon)
Di balik ke-empat klenteng2 inilah terdapat Goa tempat peristirahatan prajurit Cheng Ho yang kala itu menderita sakit dan akhirnya ditinggalkan oleh Cheng Ho yang melanjutkan perjalanan menuju timur tengah. Dinding gua ini di hiasi dengan relief perjalanan Jendral Besar Cheng Ho lengkap dengan cerita dalam 3 bahasa (Indonesia, Inggris dan China) melihat relief yang begitu nyata ini seakan sudah bercerita sendiri dan yang paling bikin penasaran adalah Gua itu sendiri. Sekarang Gua tersebut sudah di renovasi sehingga menjadi sebuah kuil lengkap dengan pilar-pilar, ukiran-ukiran dan lilin-lilin. Puas berfoto-foto, dan sudah beli HIO, maka ga da salahnya kalo sekalian Ciamsi atau lebih popular denga membaca peruntungan. Ciamsi untuk keperluan pribadi dilakukan di Klenteng Utama,dan ternyata peminatnya banyak juga. Ritual dan doanya di wakilkan kepada seorang Biokong, jadi kita setor Hio-nya, nanti sang Biokong yang akan membakar, dan berdoa dengan caranya. Pertama Biokong akan berdoa di dalam bangunan, setelah itu kita akan diajak ke belakang bangunan yang berhadapan dengan pintu gerbang GOA. Disini Biokong kembali membakar HIO dan berdoa, lalu mengambil tampat lidi bamboo yang bertuliskan angka2, dengan gaya yang lincah dan menakjubkan (buat gw yaa) Biokong dengan mudahnya mengocok dan mengeluarkan satu lidi, dan ditunjukkan sebuah angka yang tertera di lidi tersebut. Selanjutnya ada 2 keping kayu yang dilempar. Hasil lemparannya tidak boleh sama (harus satu muka dan satu belakang) bila ternyata sama (seperti kasusku) maka, ritual pengocokan lidi harus di ulang, berarti lidi pertama tadi tidak sesuai untuk permohonan yang ku ajukan. Setelah kita memperoleh nomor ciamsi, maka akan diberikan selembar kertas yang didalamnya terdapat makna dari Nomor ciamsi tersebut. Sebenarnya bila sudah mendapatkan kertas ini, tinggal dibaca aja, dan di sesuaikan dengan permohonan kita, ada banyak hal yang terkandung di dalamnya, jadi bukan berarti semua itu adalah untuk kita. Bila ingin mendapatkan penjelasan, sang biokong akan memberikan penjelasannya.
Untuk melengkapi ritual ini, maka gw pun minta penjelasan dari Biokong, dan ternyata penjelasannya cukup menarik, dan beliau pun menyesuaikan dengan agama dan keyakinan kita. Selain menjelaskan makna yang ada di kertas, dan Karena aku muslim, maka beliaupun menyarankan untuk memperbanyak shalat tahajud….tapi lagi2 karena aku ga ngerti bahasa jawa, sesekali beliau dengan santainya menjelaskan dalam Jawa dan melongolah aku…hhhmmmm….padahal aku dah bilang kalo aku dari Jakarta.
Selesai konsultasi dengan Biokong, jangan lupa untuk ‘salam tempel, ga wajib siy, tapi semua orang melakukannya…hehehehe, jadi aku ikutan ajalah.
Hasil Ciamsiku adalah No. 1, dan pembacaannya adalah sebagai berikut :
Terompet dan genderang berbunyi tiga kali. Salju meskipun tak turun namun hatinya terasa dingin. Kepada Tuan di nasehatkan agar membuang segala pikiran yang rumit. Karena prajurit-prajurit beserta kuda-kudanya dalam kemah berada dalam keadaan selamat.
Artinya : Dapat dukungan dari orang mulia, seerta segala perkara teratur baik. Biarpun sekarang belum terkabul, namun dikemudian hari akan datang waktunya. Di hari depan akan berhasil, dengan bersenang-senang mendapat keselamatan. Seluruh keluarga berada dalam keadaan rukun dan tenteram sehingga meskipun tua masih tetap hidup bersama.
Maksud tegasnya : Perjodohan – baik, Orang sakit – selamat, Melahirkan – anak lakilaki, Mencari uang – akan diperoleh, Orang yang melakukan perjalanan – akan sampai. (pilih salah satu sesuai dengan tujuan awal membaca peruntungan, jadi bukan semuanya adalah pembacaan untuk kita)
Gambarnya : Dalam lingkungan Kak-Seng (Bintang Terompet), roman mukanya agung serta berpangkat. Seorang pemimpin sedang mengatur siasat. Komandan meniup terompet mengatur tentara yang berjalan kaki dan yang berkuda sehingga teratur rapi dan siap untuk bergerak.
Mengenai Usaha : Gambar ini melambangkan usaha, dimana segala sesuatu telah dipersiapkan dengan teratur dan rapi. Pemimpin sedang mengatur siasat dan komandan sedang meniup trompet untuk mengumpulkan anak buahnya. Setelah siasat ditetapkan maka semuanya dapat segera bergerak. Jika semuanya telah teratur beres (hati kita beres jujur) tentu aka nada orang yang akan membantu. Biarpun dalam persiapan sekarang ini belum semuanya dapat dikabulkan, namun jika usaha itu dijalankan dengan sungguh-sungguh tentu akhirnya terwujud juga. Maka jika segala perbuatan itu selesai dengan sendirinya akan mendatangkan keberuntungan.
Demikianlah hasil pembacaan peruntungan ku, segala kembali pada Berdoa, dan berusaha, tetap yang Maha K
uasalah yang menentukan.

5 pemikiran pada “Klenteng Sam Poo Kong, Nuansa Negeri China di Kota Semarang

  1. bandanaku said: tapi lagi2 karena gw ga ngerti bahasa jawa, sesekali beliau dengan santainya menjelaskan dalam Jawa dan melongolah gw…hhhmmmm

    hahahahaha…… kacian….

Tinggalkan Balasan ke bandanaku Batalkan balasan